Senin, 17 Desember 2012

Kuharap Daun Kering Jadi Saksiku




Dahulu di sebuah kota di Madura , ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunga-bunga itu dipasar. Usai jualan dia selalu menyempatkan diri  shalat dhuhur di mesjid agung di dekat pasar. 

Selesai shalat dan berzikir, ia keluar mesjid dan membungkuk dihalaman mesjid memungut daun-daun kering yang berserakan di halaman mesjid itu.

Selembar demi selembar daun dipungutnya dengan penuh hidmat. Tak ada satu lembarpun yang ia lewatkan padahal matahari diwaktu dzuhur sangatlah menyengat. Keringat pun mengucur deras membasahi tubuhnya.

Banyak pengunjung mesjid yang menaruh iba terhadap nenek itu. Akhirnya keesokan harinya takmir mesjid membersihkan daun-daun itu sebelum sang nenek datang.

Tibalah waktu dzuhur, sang nenek melakukan rutinitas nya seperti biasa, setelah shalat dan membaca wirid, dia pun melangkah hendak memungut daun di halaman. 

Tapi alangkah sedihnya ketika ia melihat halaman mesjid sudah bersih.

Sang nenek pun menangis dan protes kepada pengurus mesjid. “kenapa kalian membersihkan daun-daun itu?” Tanya si nenek

Orang-orang pun mejelaskan kalau mereka melakukannya karena kasihan terhadapnya.

“Kalau kalian kasihan kepadaku, biarkanlah aku yang membersihkan daun-daun itu” kata sang nenek sambil terisak

Singkat cerita akhirnya sang nenek dibiarkan membersihkan halaman mesjid setiap hari.

Seorang kyai yang dihormati didaerah itu diminta untuk menanyakan kepada sang nenek kenapa ia begitu bersemangat memungut dedaunan itu.

Sang nenek mau menjelaskan sebabnya tetapi dengan dua syarat : Pertama, hanya kyai yang boleh mendengarkan rahasianya. Kedua, rahasia itu baru boleh diceritakan ketika dia sudah meninggal.


Sekarang sang nenek sudah meninggal dan inilah rahasianya :

“Saya ini perempuan bodoh pak kyai, saya tahu amal-amal saya yang kecil ini tidak mungkin saya jalankan dengan benar”

“Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat dari kanjeng Nabi Muhammad.
“Setiap kali saya memungut satu helai daun, satu salawat saya persembahkan untuk beliau. Kelak jika saya mati, saya ingin kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu menjadi saksi bahwa saya mencintai kanjeng Nabi”

Kesederhanaan cinta yang tulus dari seorang manusia dari kampung. Adakah kecintaan kita kepada rasulullah seperti kecintaan sang nenek?

(Buku sumber : Rindu rasul oleh Jalaluddin Rahmat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar