Diceritakan bahwa Nasruddin menjadi buron kerajaan karena
dia selalu melakukan orasi di pasar-pasar. Dia berteriak lantang bahwa para
cendekiawan dan orang-orang berpendidikan yang tinggal di Negara itu adalah
orang bodoh.
Sontak hal ini membuat para cendikiawan berang dan meminta sang raja untuk menangkap dan menghukum nasruddin karena menghina mereka.
Sontak hal ini membuat para cendikiawan berang dan meminta sang raja untuk menangkap dan menghukum nasruddin karena menghina mereka.
Akhirnya nasruddin pun di tangkap dan dijebloskan kepenjara. Pada saat sidang, hakim menyatakan bahwa nasruddin bersalah dan harus di hukum pancung.
Tapi sebelum dihukum nasruddin di bolehkan untuk memberikan pembelaan. Akhirnya nasruddin meminta ijin kepada raja untuk berbicara.
“Baginda Raja, anda boleh memancung saya jika satu permintaan saya anda penuhi” kata nasruddin penuh harap
“Apa permintaan mu wahai Nasruddin” kata sang raja.
“saya hanya meminta para cendikiawan yang terhormat ini menjawab satu pertanyaan saya, bagikanlah kertas dan pena kepada mereka, jika mereka bisa menjawabnya maka saya bersedia di hukum” tegas Nasruddin.
Akhirnya sang raja meminta prajurit untuk membagikan kertas dan pena kepada para cerdik cendikia yang hadir pada persidangan itu.
“Apa pertanyaanmu wahai Nasruddin, kami akan menjawabnya dengan cepat sehingga kamu segera dihukum “ cibir para cendikiawan
“Saya hanya meminta anda menuliskan apa itu roti” kata Nasruddin.
Akhirnya para cendikiawan itu pun menuliskan jawaban dari pertanyaan itu dan mengumpulkannya di hadapan raja.
“Silahkan baginda membacakan apa jawaban dari mereka” kata Nasruddin
Akhirnya dibacakanlah jawaban-jawaban dari para cendikiawan itu. Ada yang menjawab roti itu adalah makanan pokok kita, ada pula yang menjawab roti adalah campuran tepung dan air.
Ada pula yang menjawab roti itu adalah anugerah Tuhan
yang sangat mulia. Bahkan ada yang menjawab roti itu adalah sesuatu yang tidak
bisa dijelaskan.
“Baginda saksikan sendiri bukan? Untuk memutuskan apa itu roti, makanan yang mereka santap tiap hari saja mereka tidak bisa bersepakat, apalagi untuk memutuskan apakah saya ini bersalah atau tidak” kata Nasruddin dengan semangat.
Para cendikiawan itu pun tertunduk lesu karena telah dipermalukan oleh Nasruddin dan mereka pun meminta Nasruddin di bebaskan.
“Baginda saksikan sendiri bukan? Untuk memutuskan apa itu roti, makanan yang mereka santap tiap hari saja mereka tidak bisa bersepakat, apalagi untuk memutuskan apakah saya ini bersalah atau tidak” kata Nasruddin dengan semangat.
Para cendikiawan itu pun tertunduk lesu karena telah dipermalukan oleh Nasruddin dan mereka pun meminta Nasruddin di bebaskan.
(sumber: The Road to Allah oleh Jalaluddin Rahmat)
wokowkowkowkwokok...
BalasHapustapi ada yg ganjel di pikiran ane nih ?.?