Selasa, 18 Desember 2012

Adzanmu Menjauhkanku dari Tuhan




Dalam kitab Matsnawi, Jalaluddin Rumi bercerita :

Dahulu ada seorang muadzin bersuara jelek di sebuah negeri non islam. Ia memanggil orang untuk shalat. Banyak orang memberi nasehat kepadanya, “Janganlah engkau memanggil orang untuk shalat. Kita tinggal di negara mayoritas non muslim. Bukan tidak mungkin suaramu akan menimbulkan kerusuhan dan perpecahan antara kita dan mereka.”

Teteapi muadzin itu menolak nasehat tsb. Dia merasa bahagia bisa melantunkan adzan dengan suaranya yang tidak bagus itu di negeri non muslim. Ia merasa terhormat memanggil orang untuk shalat di negeri dimana orang tak pernah shalat.

Sementara orang-orang islam khawatir dengan dampak adzan tadi, seorang pendeta datang kepada meraka pada suatu pagi. Dia membawa lilin, jubah dan manis-manisan. Pendeta itu mendatangi jamaah muslim dengan sikap bersahabat.

Berulang-ulang dia bertanya “Katakan padaku siapa muadzin yang suara dan setiap teriakannya selalu menambah kebahagiaan hatiku”?

“Kebahagiaan apa yang anda peroleh dari suara adzan yang jelek itu?” Tanya seorang Muslim

Lalu pendeta itu bercerita : “ Suara muadzin itu menembus  ke gereja tempat kami tinggal. Saya mempunyai seorang putri yang sangat cantik dan berahlak mulia. Ia sangat berkeinginan menikahi seorang muslim sejati. Dia ingin mempelajari islam dan tampaknya ia ingin masuk islam.

Hal itu sangat menyiksaku, aku gelisah dan terus menerus dilanda kerisauan memikirkan putriku. Aku takut ia masuk Islam. Dan aku tahu tidak ada obat yang mampu menyembuhkannya.

Sampai suatu hari anakku mendengarkan suara adzan yang diteriakkan muadzin itu.

Anakku bertanya kepada kakaknya “ Suara apa gerangan ini, suara ini menyakiti telingaku. Tak pernah sebelumnya aku mendengar suara sejelek ini.”

Saudaranya menjelaskan bahwa ini yang disebut adzan. Panggilan untuk kaum muslim agar mereka segera beribadah kepada Tuhan mereka. Adzan adalah ucapan utama dari orang beriman.

Putriku hampir tak mempercayainya. Dia bertanya kepadaku, “Bapak, apakah betul suara yang jelek ini adalah panggilan untuk kaum muslim menghadap Tuhannya?”

Kami pun meyakinkannya bahwa suara itu adalah adzan, panggilan untuk sembahyang bagi kaum muslim.
Wajah putriku pucat pasi. Tiba-tiba ia sangat mual mendengar tetang islam, ia tiba-tiba sangat benci dengan Islam.

Begitu melihat perubahan pada putriku, seakan seluruh beban hidup dan penderitaanku hilang seketika. Tadi malam aku tidur sangat nyenyak. Tak pernah aku tidur senyenyak tadi malam.

“Betapa besar terima kasihku kepada muadzin itu, dimana dia? Aku ingin memberikan semua hadiah yang kubawa ini kepadanya"

Ketika pendeta itu dipertemukan dengan sang muadzin, ia langsung memeluknya dengan erat. 

“Terima kasih karena telah membebaskanku dari derita tak tertahan yang kualami selama ini. Berkat kebaikanmu, sekarang aku menjadi orang paling bahagia.Sekiranya aku punya banyak emas dan harta benda, akan kuisi mulutmu dengan emas.

Jalaluddin Rumi secara halus menyindir kita semua. Kadang keberagamaan kita malah menjauhkan orang lain dari agama itu sendiri. “Keimananmu wahai muslim hanyalah kemunafikan dan kepalsuan. Alih alih membawa orang kepada jalan lurus, ia malah mencegah dari jalan kebenaran.

(buku sumber : meraih cinta ilahi oleh jalaluddin rahmat)

Senin, 17 Desember 2012

Tiga Pesan Iblis Kepada Nabi Musa




Dulu, iblis pernah menemui Nabi Musa, “Hai Musa, engkau telah dipilih Allah dengan risalahnya, dan Allah telah berbicara denganmu :Wa kallamallahu musa takliman. Aku ini juga mahluk Nya, aku ingin bertaubat. Mohonkanlah syafaat untukku agar Allah mengampuniku.

Kemudian Nabi Musa pun menyanggupinya dan berdoa kepada Allah. 

Maka Allah berfirman “Musa, aku penuhi permintaanmu. Tapi katakan kepada iblis agar dia bersujud kepada kuburan Adam terlebih dahulu”

Musa lalu memberi tahu iblis tentang jawaban Allah. Iblis marah, “Dulu pun ketika adam hidup aku tak mau bersujud padanya. Mana mungkin aku bersujud padanya ketika ia mati?”

Akhirnya iblis tidak di ampuni, karena ia tidak memenuhi syarat taubat.

Kemudian Iblis berkata , “Musa, aku berutang budi kepadamu. Engkau telah memintakan ampun kepada Tuhan untukku. Sekarang aku akan memberimu nasehat.

Pertama, kalau kau marah ingatlah aku (maksudnya, ingat bahwa marah adalah pintu masuk setan). Sebab bila engkau marah, ruhku berada dalam hatimu dan mataku berada dalam matamu.

Kedua, ingatlah aku ketika engkau menghadapi pertempuran. Aku datangi anak adam, aku  ingatkan mereka tentang anak istrinya dan keluarganya sehingga ia meninggalkan medan perang.

Ketiga, hindarilah berduaan bersama seorang perempuan yang bukan muhrim. Ketahuilah saat itu aku menjadi utusanmu untuknya dan menjadi utusannya untukmu.

(Buku Sumber : Meraih Cinta Ilahi oleh Jalaluddin Rahmat)

Kuharap Daun Kering Jadi Saksiku




Dahulu di sebuah kota di Madura , ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunga-bunga itu dipasar. Usai jualan dia selalu menyempatkan diri  shalat dhuhur di mesjid agung di dekat pasar. 

Selesai shalat dan berzikir, ia keluar mesjid dan membungkuk dihalaman mesjid memungut daun-daun kering yang berserakan di halaman mesjid itu.

Selembar demi selembar daun dipungutnya dengan penuh hidmat. Tak ada satu lembarpun yang ia lewatkan padahal matahari diwaktu dzuhur sangatlah menyengat. Keringat pun mengucur deras membasahi tubuhnya.

Banyak pengunjung mesjid yang menaruh iba terhadap nenek itu. Akhirnya keesokan harinya takmir mesjid membersihkan daun-daun itu sebelum sang nenek datang.

Tibalah waktu dzuhur, sang nenek melakukan rutinitas nya seperti biasa, setelah shalat dan membaca wirid, dia pun melangkah hendak memungut daun di halaman. 

Tapi alangkah sedihnya ketika ia melihat halaman mesjid sudah bersih.

Sang nenek pun menangis dan protes kepada pengurus mesjid. “kenapa kalian membersihkan daun-daun itu?” Tanya si nenek

Orang-orang pun mejelaskan kalau mereka melakukannya karena kasihan terhadapnya.

“Kalau kalian kasihan kepadaku, biarkanlah aku yang membersihkan daun-daun itu” kata sang nenek sambil terisak

Singkat cerita akhirnya sang nenek dibiarkan membersihkan halaman mesjid setiap hari.

Seorang kyai yang dihormati didaerah itu diminta untuk menanyakan kepada sang nenek kenapa ia begitu bersemangat memungut dedaunan itu.

Sang nenek mau menjelaskan sebabnya tetapi dengan dua syarat : Pertama, hanya kyai yang boleh mendengarkan rahasianya. Kedua, rahasia itu baru boleh diceritakan ketika dia sudah meninggal.


Sekarang sang nenek sudah meninggal dan inilah rahasianya :

“Saya ini perempuan bodoh pak kyai, saya tahu amal-amal saya yang kecil ini tidak mungkin saya jalankan dengan benar”

“Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat dari kanjeng Nabi Muhammad.
“Setiap kali saya memungut satu helai daun, satu salawat saya persembahkan untuk beliau. Kelak jika saya mati, saya ingin kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu menjadi saksi bahwa saya mencintai kanjeng Nabi”

Kesederhanaan cinta yang tulus dari seorang manusia dari kampung. Adakah kecintaan kita kepada rasulullah seperti kecintaan sang nenek?

(Buku sumber : Rindu rasul oleh Jalaluddin Rahmat)

Cendikiawan Pun Tak Tahu Apa Itu Roti




Diceritakan bahwa Nasruddin menjadi buron kerajaan karena dia selalu melakukan orasi di pasar-pasar. Dia berteriak lantang bahwa para cendekiawan dan orang-orang berpendidikan yang tinggal di Negara itu adalah orang bodoh.

Sontak hal ini membuat para cendikiawan berang dan meminta sang raja untuk menangkap dan menghukum nasruddin karena menghina mereka.

Akhirnya nasruddin pun di tangkap dan dijebloskan kepenjara. Pada saat sidang, hakim menyatakan bahwa nasruddin bersalah dan harus di hukum pancung.

Tapi sebelum dihukum nasruddin di bolehkan untuk memberikan pembelaan. Akhirnya nasruddin meminta ijin kepada raja untuk berbicara.

“Baginda Raja, anda boleh memancung saya jika satu permintaan saya anda penuhi” kata nasruddin penuh harap

“Apa permintaan mu wahai Nasruddin” kata sang raja.

“saya hanya meminta para cendikiawan yang terhormat ini menjawab satu pertanyaan saya, bagikanlah kertas dan pena kepada mereka, jika mereka bisa menjawabnya maka saya bersedia di hukum” tegas Nasruddin.

Akhirnya sang raja meminta prajurit untuk membagikan kertas dan pena kepada para cerdik cendikia yang hadir pada persidangan itu.

“Apa pertanyaanmu wahai Nasruddin, kami akan menjawabnya dengan cepat sehingga kamu segera dihukum “ cibir para cendikiawan

“Saya hanya meminta anda menuliskan apa itu roti” kata Nasruddin.

Akhirnya para cendikiawan itu pun menuliskan jawaban dari pertanyaan itu dan mengumpulkannya di hadapan raja.

“Silahkan baginda membacakan apa jawaban dari mereka” kata Nasruddin

Akhirnya dibacakanlah jawaban-jawaban dari para cendikiawan itu. Ada yang menjawab roti itu adalah makanan pokok kita, ada pula yang menjawab roti adalah campuran tepung dan air. 

Ada pula yang menjawab roti itu adalah anugerah Tuhan yang sangat mulia. Bahkan ada yang menjawab roti itu adalah sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

“Baginda saksikan sendiri bukan? Untuk memutuskan apa itu roti, makanan yang mereka santap tiap hari saja mereka tidak bisa bersepakat, apalagi untuk memutuskan apakah saya ini bersalah atau tidak” kata Nasruddin dengan semangat.

Para cendikiawan itu pun tertunduk lesu karena telah dipermalukan oleh Nasruddin dan mereka pun meminta Nasruddin di bebaskan.

(sumber: The Road to Allah oleh Jalaluddin Rahmat)

Memasukkan Alam Semesta Ke Dalam Sebutir Telur





Iblis pernah datang kepada Nabi Idris As dalam wujud manusia.  Dia ingin menggoda beliau. 

Kepada Idris, iblis bertanya “Aku ingin beriman kepada Tuhanmu, tapi aku meragukan kekuasaanNya”.
Idris menjawab, “Apa yang membuatmu ragu kepada Kekuasaan Tuhan?”

Iblis berkata “Aku  mendengar bahwa Dia Maha kuasa, mampukah Ia memasukkan dunia ini kedalam sebutir telur yang aku bawa ini tanpa mengubah ukuran dunia menjadi kecil atau mengubah ukuran telur menjadi besar?”

Nabi Idris yang sedang menjahit menjawab dengan tenang, “Jangankan memasukkan dunia kedalam telur, memasukkan dunia kelubang jarum ku ini pun Tuhanku bisa melakukannya dengan mudah”

Iblis keheranan, “Bagaimana mungkin?”

Tanpa menjawab, Nabi Idris langsung menusukkan jarum yang ia pegang ke bola mata iblis. Beliau tahu kalau yang datang padanya itu adalah iblis.

Sekian ribu tahun setelah Kejadian tersebut, pertanyaan yang sama kembali terlontar dari seorang Yahudi kepada murid Imam Ja’far ash-shadiq yang beranama Hisyam bin Hikam.

Yahudi tersebut bertanya, “Mampukah Tuhan memasukkan planet bumi ke dalam telur tanpa merubah ukuran keduanya?”

Melihat Hisyam mengernyitkan dahi tanda bingung, orang yahudi tersebut berkata, “Aku memberikan waktu 1 tahun untuk menjawab petanyaanku.

Berangkatlah Hisyam menemui gurunya, Imam Ja’far ash-shadiq dan mengajukan pertanyaan yang membuatnya pusing tersebut.

“Wahai Hisyam, lihatlah sekelilingmu. Apa yang kau lihat?” Tanya Imam Ja’far ash-shadiq
“Aku melihat engkau wahai guru, langit, gunung, onta, pepohonan” jawab Hisyam.

“Allah lah yang maha kuasa memasukkan Aku, langit, gunung, onta, pepohonan, padang pasir kedalam bingkai matamu yang kecil itu. Tentu Allah maha kuasa memasukkan planet ini kedalam telur tanpa membuatnya menjadi besar atau menmperkecil planet ini.

Tak menunggu setahun, Hisyam pun langsung menemui orang yahudi tadi dan menjelaskan jawaban yang diberikan oleh gurunya.Yahudi itupun memeluk Islam.

Inilah yang dimaksud Nabi Idris ketika menusuk mata iblis dengan jarum, untuk mengeluarkan alam semesta dari mata iblis.

(sumber: the prophetic wisdom oleh Miftah Fauzi Rakhmat)